Entri Populer

Friday, February 17, 2012

Lelaki Jentel


Baru beberapa menit yang lalu, adek sepupu (cowok) bikin status di facebook. Pas baca isinya, aku langsung tersenyum dan memaklumi kalo dia masih belum dewasa. Dia bilang ingin pulang ke rumah, tetapi malas karena di rumah terus-terusan dimarahin sama orangtuanya, terus dia bingung antara pulang ke rumah atau nggak pulang ke rumah-yang bikin dia tambah bingung, “mau kemana malem-malem gini kalo nggak di rumah?”. Aku yang gila komen, langsung deh “ngomong” panjang lebar di status facebook dia, dengan harapan dia mengerti dan terbuka secara dewasa dengan apa yang aku bilang.

Dan aku berharap apa yang aku tulis disana bisa juga dibaca orang lain untuk mereka juga pahami. Lelaki jentel akan terlihat baik2 saja ketika masalah mendera, bahkan dia akan berkata dengan lantang kepada masalah yang menderanya, “aku punya Tuhan yang lebih besar daripada kau masalah! aku bisa menghadapimu. Untuk itulah aku, laki-laki diciptakan”

Aku mengawalinya dengan kata “lelaki jentel”. Sedikit banyak aku memujinya sekaligus “menyentil” mentalnya. Aku harap para lelaki yang membaca kata itu bertanya, “apakah aku lelaki jentel?”. Lelaki jentel harus punya sikap tanggung jawab dan selalu mau mengoreksi kesalahannya, dia juga tidak serta merta mudah menyalahkan orang lain, karena semua kesalahan harusnya kita tanyakan dulu, “apakah kesalahan itu aku yang buat atau ada faktor-faktor lain?”

Aku juga berharap, mereka yang berusaha memahaminya adalah hanya lelaki ABG yang benar-benar “baru gedhe”, sekitar seumuran SD sampai SMA yang kebanyakan masih dapat titel “belum dewasa” walaupun aku tau, kedewasaan seseorang tidak tergantung pada umurnya, tapi itu adalah umur yang wajar seseorang bertindak bodoh karena mereka belum menemukan dirinya. Banyak sekali remaja yang bertindak bodoh dan mereka berdalih “aku masih remaja, aku belum mengerti, aku penasaran”, sampai akhirnya mereka sering berontak dengan apa saja yang menurutnya tidak sesuai dengan kemauannya, tidak sesuai dengan keinginannya, tidak sesuai dengan “ideologi” kebanyakan teman sebayanya, bahkan karena “tidak keren”. Entah parameter apa lelaki remaja itu berkelakuan, yang -dari buku yang saya baca- tujuannya adalah untuk mendapatkan “nama”, “penghargaan”, dan “pengakuan” dari teman-teman “keren” sebayanya. Mereka bahkan lebih senang dibilang “keren” atau “gaul” daripada dibilang “baik” atau “shaleh”. Entah parameter apa yang mereka gunakan untuk berkelakuan. Maka dari itu banyak lelaki remaja yang lebih mendengarkan kata-kata teman sebayanya daripada kata-katanya sendiri. Menurut aku, inilah sisi “ketidak jentel-an” lelaki remaja. Ya, jelas saja, mereka masih “lelaki”, belum “pria”. Mereka masih “bocah”, belum “dewasa”. Jelas bukan perbedaan lelaki dengan pria?

Aku harap, lelaki remaja ini tidak malah bangga dibilang bocah yang belum dewasa yang menyebabkan mereka bertindak lebih arogan bahkan anarki dengan dalih “aku masih lelaki, bukan pria”. Lagipula, perempuan lebih menyukai lelaki jentel daripada lelaki bocah  :) (mungkin kalimat ini akan merubah pola pikir mereka dan langsung berkeinginan menjadi lelaki jentel. Kalo tidak, mereka bukan saja bocah ingusan, tapi juga gay!)

Ya, lelaki jentel ! Bertindaklah dengan menggunakan logika dan nuranimu secara seimbang, jadilah pria bertanggungjawab. Tak perlu tampan, wanita akan tertarik padamu  :) 
#Untuk semua lelaki jentel (only)

No comments: