Ada satu pertanyaan menggelitik ketika aku mengikuti mata
kuliah pendidikan agama di semester dua kemarin. Jujur saja, pengetahuanku
tentang agama hanya sedikit, itupun tidak mendalam karena minimnya jam
pelajaran untuk pendidikan agama semasa sekolah, apalagi aku tidak pernah
mengikuti kegiatan yang “berbau” agama. Yang aku tau hanya laksanakan rukun
iman (beriman pada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari kiamat, serta qada’ dan
qadar), rukun Islam (syahadat, shalat lima waktu, puasa, zakat, dan haji bagi
yang mampu), dan implikasinya dalam kehidupan sehari-hari (menutup aurat,
menuntut ilmu, berakhlak mulia, dan lain sebagainya). Hanya itu saja. Aku tidak
mengerti mengenai esensi beragama, untuk apa Allah menciptakan manusia di
dunia? Apakah hanya untuk main-main saja? Untuk apa Allah menciptakan
aturan-aturan di dunia? Untuk apa Allah menciptakan akal pikiran? Untuk apa
Allah mennciptakan rasul-rasul beserta ajaran-ajaran yang dibawanya? Dan
pertanyaan-pertanyaan lain yang selalu mengusik pikiranku yang begitu dangkal.
Sampai akhirnya satu ayat dalam Al Qur’an menjawab pertanyaanku :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan
manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS Adz-Dzariyaat [51]: 56)
Dan ayat lain yang menyentil pikiran ngawur dan asal ku :
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa
sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu
tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS Al Mukminun [23]: 115)
Dari sini aku mencoba menyimpulkan, tujuan manusia
diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah. Beribadah tidak hanya shalat,
puasa, zakat, dan haji, tetapi beribadah di setiap aktivitas yang tujuannya
hanya karena Allah. Pikiranku
“gatal” lagi dan membuatku mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan, untuk apa kita
menyembah Allah? Kenapa Allah perlu disembah? Bagaimana jika tidak ada yang
menyembah Allah? Lagi-lagi Allah memberikan jawaban dalam kitab Al Qur’an yang
mulia :
“Dan kami tidak menciptakan langit
dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian adalah
anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka
akan masuk neraka. Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di
muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang- orang yang bertakwa sama
dengan orang-orang yang berbuat maksiat?” (QS As Shad [38] ayat 27 -28)
Ternyata bukan Allah yang butuh untuk disembah, sebaliknya,
kita lah yang butuh untuk menyembah Allah, yang butuh mempelajari agama sebagai
bekal pedoman atau aturan selama kita hidup di dunia. Hal inipun ada dalam ilmu
yang selama di sekolah kita pelajari, bahwa manusia membutuhkan aturan dalam
hidupnya atau istilah yang lebih familiar, manusia membutuhkan “norma”. Kita
mengenal sedikitnya empat macam norma yang hidup dalam masyarakat, yaitu norma
agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukum. Dalam kehidupan
sehari-hari yang tidak melibatkan orang lain pun kita juga membutuhkan aturan,
kapan kita harus bangun, kapan kita harus makan, kapan kita harus mandi, dan
lain lain. Intinya, tanpa aturan apa jadinya manusia? Kehidupan yang semrawut, diikuti
dengan pikiran dan perilaku yang berantakan, lalu mengakibatkan keadaan fisik
dan mental yang makin kacau – bisa jadi sakit, stres, dan akibat-akibat negatif
lainnya. Jadi, aturan itu penting kan? Apalagi sebagai manusia yang beragama,
aturan dari Allah tidak hanya membuat hidup kita menjadi lancar seperti sungai
yang bermuara ke lautan tanpa sumbatan, tetapi juga menjadi kekuatan kita bahwa
semua yang ada di dunia ini akan berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan Sunatullah.
Apakah cukup sampai disitu saja? Hanya beribadah dan
melaksanakan aturan-Nya? Ada tujuan lain yang lebih utamakah?
Sama halnya dengan kita sebagai manusia, ibadah juga
membutuhkan “nyawa”. Yang artinya, percuma bila ibadah tidak didasari dengan
“nyawa” ini. Apa itu? Ikhlas. Common sense ku tentang ikhlas adalah melakukan
perbuatan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam
pandangan agama Islam, ikhlas adalah melakuka perbuatan apapun dengan niat
semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah, bukan untuk apapun, buka untuk
siapapun. Perlu diingat, bukan berarti ajaran agama mengajarkan kita untuk
tidak realistis karena di setiap apa yang kita lakukan pasti memiliki tujuan.
“Iya”, maka itu, inilah fungsi aturan agama tadi, mengajarkan kita untuk
ikhlas, mengajarkan kita untuk sedikit demi sedikit mengubah niat kita, tidak
lain dan tidak bukan hanya karena Allah dan untuk mengharap ridha Allah. Karena
ternyata, di artikel yang saya baca, “ikhlas adalah kunci diterimanya ibadah
dan bentuk-bentuk amal kebajikan (juga membuat “kinerja” kita bermakna dan tidak
sia-sia)”. Lagi-lagi, hal ini juga tertera dalam Al Qur’an :
“Katakanlah, sesungguhnya
shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam” (QS Al An’am [6]: 162)
Subkhanallah, Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.
Jadi, setelah sedikit demi sedikit mengerti tentang esensi
beragama, tentang beribadah, dan tentang arti ikhlas, aku berharap perilaku
kita ke depan tidak hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban atau
melanggengkan rutinitas, tetapi ada esensi lain yang membuat batin kita bahagia
dalam setiap apapun yang kita lakukan. Belajar tidak hanya sekedar mendapat
ilmu, mendapat nilai bagus, nyambung ngobrol dengan dosen, atau dinilai
sebagai anak pintar; bekerja tidak hanya sekedar mendapatkan uang tiap
bulannya, untuk dapat makan dan minum, untuk membeli barang-barang yang kita
suka, ataupun menafkahi keluarga, tetapi juga untuk membuat hati kita bahagia
dan bersemangat dalam menjalani aktivitas, walaupun mungkin hasilnya tak
seberapa-karena ada hal lain yang kita dapatkan yaitu mendapat ridha dan cinta
dari Allah. Bukankah yang terpenting adalah hati kita bahagia melakukan apapun
itu? Bagaimanapun, agar hidup kita bahagia, ikhlas adalah kuncinya :)
Tetap semangat belajar! Semangat bekerja!
Fighting! :D
Baca juga artikel-artikel di bawah ini :