i always think that life is like a drama, the world is stage, God is director, and we all are actors,
Entri Populer
-
Aku tau ujungnya pasti akan begini. Maka itu aku lebih memilih untuk menikmati alurnya, baik itu bahagianya maupun sesaknya. Ini u...
-
Baru beberapa menit yang lalu, adek sepupu (cowok) bikin status di facebook. Pas baca isinya, aku langsung tersenyum dan memaklumi kalo d...
Sunday, June 9, 2013
I'll Never Go
Recently, I am so stress and extremely tired with this problem. Hal paling menyakitkan di masa-masa ini adalah ketika aku nggak bisa cerita ke siapapun, dan akhirnya malah menghindar dari siapapun. I have no friends. Bukan karna mereka tidak mau berada di sampingku, tapi karna aku tidak dan tidak akan pernah bisa menceritakannya.
Kemarin aku datang, dan dengan lemah bilang, "Tuhan, aku bukan orang jahat kan? Aku terus meminta jawaban-Mu, sampai sejauh ini, sampai titik paling pasrah. Tapi Engkau masih juga belum memberi jawaban. Ini bukan bentuk bencimu terhadapku kan? Engkau pun masih sudi memelukku kan? Allah.. aku sendirian, aku capek. Sejujurnya aku nggak mau datang ke psikolog lagi. Aku malu. Aku nggak mau. Karna yang sebenarnya aku butuhkan itu Engkau."
Kali ini aku datang lagi Tuhan. Tidak untuk meminta jawaban-Mu. Aku minta diberi kekuatan lebih dari ini, dan mohon jangan cabut kasih sayang-Mu buatku. Ampun, karna kemarin aku bilang bahwa aku membenci-Mu, dan tidak peduli bila Kau marah padaku. Tapi ternyata Engkau tidak sedikitpun marah, justru masih sudi membangunkanku dari tidur lelap, dan berbisik lembut, "jangan putus asa. Lakukan hal yang masih bisa kau lakukan. Aku tidak akan meninggalkanmu".
Tuhan.. aku ingin menghentikan tangisanku beberapa waktu ini di malam ini juga. Aku malu dengan teman-teman yang begitu bersemangatnya berkejaran dengan waktu untuk mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Aku juga masih punya banyak mimpi. Engkau tentu masih ingat, pertama kalinya Kau mengajarkanku merangkai mimpi. Bangga sekali setiap aku mengingatnya. Tanpa malu, aku wujudkan mimpi itu. Kemudian aku tumbuh di dalam dunia mimpi. Begitu berwarna, begitu menyenangkan hingga mampu merampas waktuku. Sampai datang hari itu, hari ketika aku bertemu apa yang disebut "realita'. Aku dipaksa untuk tidak lagi melihat langit biru sebagai es krim blue vanilla, awan sebagai permen kapas, dan bulan sebagai teman tidurku yang paling setia. Aku dipaksa hidup dalam dunia keras, dan terjebak oleh kejamnya dunia. Jadilah aku sekarang di sini, tergopoh meminta pertolongan-Mu. Aku ingin menulis lagi Tuhan. Tanpa peduli demikian buruknya pilihan kataku. Aku ingin menggambar lagi Tuhan. Tanpa peduli betapa kesalnya aku setiap melihat hasil gambarku. Aku ingin menabung lagi Tuhan, dan berjanji untuk tidak membobolnya sebelum penuh. Aku juga ingin meneruskan mimpi pertamaku Tuhan : berwirausaha. Lucu sekali setiap mengingatnya. Entah TK atau SD, aku membeli jajan di warung lalu menjulanya di teras rumah. Lalu ketika SD, aku membuat kartu ucapan lebaran, dan menjualnya. SMP aku "pernah" dengan pede dan sok taunya menjual beberapa baju di toko ayah menjelang lebaran. Ketika SMA aku berjualan pulsa dan dengan sukses bangkrut. Itu dulu, ketika aku belum pernah merasakan letihnya berbohong : menjawab "tidak apa-apa" ketika orang lain bertanya "kenapa?", tersenyum ketika jelas-jelas aku menangis.
Tuhan, ingatkan aku di setiap kali aku mengeluh dan terlalu banyak menangis. Ingatkan bahwa seberat apapun masalah yang ada, aku masih punya banyak mimpi utnuk diwujudkan. Ingatkan bahwa sebesar apapun masalah yang ada, tidak berhak menghancurkan keseluruhan hidupku. Dan, seperti yang Engkau lakukan.. aku tidak akan pernah pergi.
Jakarta Selatan, 9 Juni 2013 (23:13)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment