Entri Populer

Friday, November 15, 2013

We are All The Same

“Semua orang itu pecundang, yang berusaha menjadi pemenang. Hargai semua orang, karena mereka sama sepertimu, yang berusaha keluar dari sifat pecundang.”
@astikablog
(promosi akun sendiri :3)


Dan sesuai dengan kata-kata di atas, gue adalah seorang pecundang! Ya, bisa apa sih manusia pertama kali lahir di dunia? Kalo nggak ada orangtua atau caregiver lain yang nyiapin kebutuhan makan, kenyamanan, kasih sayang, dan kehangatan, nggak mungkin kita bisa bertahan dalam kondisi sehat raga dan jiwa. Pada dasarnya manusia itu lemah, nggak punya pengetahuan apa-apa, dan sangat membutuhkan orang lain. Menariknya, dari awal lahir manusia sudah punya rasa takut (salah satu bukti kelemaham manusia). Kalo ada yang pernah tau penelitiannya Watson dan Reyner terhadap "Little Albert" pasti tau kalo manusia pada dasarnya takut sama suara keras. Intinya disini gue cuma mau bilang kalo manusia itu lemah, meskipun Tuhan menganugerahi kita akal untuk berpikir dan hati untuk merasa, tapi kita nggak akan bisa memanfaatkan anugerah itu kalo katakanlah satu bulan pertama kehidupan aja nggak ada caregiver yang memenuhi kebutuhan dasar kita. 

Menurut gue, seorang manusia bisa berhasil atau enggak juga bergantung dari kedekatan mereka dengan orang lain. Nggak ada manusia yang hidup sendiri dan bisa berhasil. Bahkan dalam berbagai kasus, kebanyakan orang bunuh diri karena mereka merasa kesepian, nggak dianggap, nggak dihargai, yang selanjutnhya berujung depresi dan memutuskan untuk bunuh diri. Di Psikologi gue belajar bahwa kebanyakan abnormalitas pada anak terjadi karena perlakuan yang salah dari orangtua ke anak. Entah itu orangtuanya mengabaikan kebutuhan dasar si anak (kebutuhan makan, kenyamanan, kasih sayang, dan kehangatan) atau karena orangtua terlalu banyak mengontrol anak. Lagi-lagi gue menyimpulkan kalo manusia emang bener-bener lemah dan rentan, apalagi di masa awal kehidupannya (infant dan childhood) yang masih sangat membutuhkan perlakuan yang tepat dari orang lain. Jadi, karena kelemahan yang dimilikinya, manusia membutuhkan orang lain untuk menjadi lebih kuat. 

Nah, setelah tau salah dua sifat dasar manusia itu (lemah dan membutuhkan orang lain), sekarang jangan malu untuk mengakui kelemahan dan sifat pecundang yang kita miliki. Gue sendiri sih jujur aja pemalu banget, karena pemalu jadi sungkan buat mengekspresikan semua emosi yang gue punya ke orang lain, KECUALI orang terdekat. Kalo sama orang yang udah dekat, kadang malah jadi malu-maluin, adek gue contohnya, mereka tau segala macam hal malu-maluin yang pernah gue buat *ngakak inget aib*. Selain itu gue juga pemalas, nggak tau kenapa, mungkin karna perlakuan orangtua yang salah, haha *nyalah-nyalahin* (tapi emang iya, orangtua gue dua-duanya pemalas akut *dijewer*). Tadinya gue benci banget sama kedua sifat pecundang itu, tapi setelah sadar bahwa hidup ini adalah kesempatan *asek* gue berpikir bahwa "gue bisa mengubah kelemahan-kelemahan yang gue punya". Emang sih, yang namanya sifat itu susah banget diubah, tapi susah bukan berarti nggak bisa (kalimat klasik yang paling ngebosenin, hehe). Jadi gini, dosen gue pernah bilang kalo orang yang terlahir introvert akan tetap menjadi introvert selamanya (terus gue sedih), tapi orang tersebut bisa mengubah "derajat" ke-introvert-annya. Maksudnya gimana? Simpelnya, kalo dari skala 1 sampai 10 tingkat ke-introvert-an lo ada di titik 10 (introvert akut) dan lo merasa terganggu, tenang aja, hal itu masih bisa diubah jadi ada di titik 4 misalnya, tapi nggak akan pernah bisa jadi extrovert. Padahal sih sebenernya nggak ada yang lebih baik diantara introvert dan extrovert. Dua-duanya punya kelebihan dan kelemahan masing-masing. Selama tidak merasa terganggu, semua orang akan enjoy menjalaninya. Nah, intinya selama kita masih hidup, selama itu juga lah kesempatan masih ada buat kita untuk menjadi lebih baik.  

Sebelum ngomongnya makin kemana-mana, sesuai dengan judul, sebagai manusia kita semua sama: sama-sama punya kelemahan. Setiap hari kita selalu berusaha untuk bisa survive dan mengatasi kelemahan kita yang notabene bisa menghalangi kita menuju keberhasilan. Sangat disayangkan kalo ada manusia yang kerjaannya meremehkan orang lain, apalagi membuat orang lain down. Di situs-situs jejaring sosial sering banget gue menemukan orang komentar asal jeplak dan nggak ada positif-positifnya, akibatnya sering orang lain jadi sakit hati karenanya. Belum lagi kalo ngelirik dunia pendidikan sekarang. Anak-anak sekolah mem-bully anak lain cuma gara-gara masalah sepele, tanpa pernah berpikir gimana kalo mereka yang ada di posisi di-bully. Nggak jarang para korban bullying pada akhirnya memtuskan buat bunuh diri. Hey, para pelaku bullying! Sadar nggak kalo lo mengahancurkan kesempatan orang lain untuk bisa berhasil! untuk bisa menjadi lebih baik! Sama juga halnya dengan para pelajar yang tawuran atau neyelesein masalah pake kekerasan. Gue sempet berpikir bahwa sebenernya para pelajar anarkis ini salah waktu lahir, harusnya mereka lahir di jaman penjajahan karena mereka sangat dibutuhkan di jaman perang melawan penjajah. Balik lagi bahwa manusia lemah dan membutuhkan orang lain. Orang lain disini bisa siapa aja, nggak selalu orangtua atau temen lo. Misalnya kalo suatu hari lo kecelakaan di jalan, yang pertama nolongin lo bukan orangtua atau temen, tapi orang yang ada di situ, dan itu bisa siapa aja. 

Mulai sekarang kita harus memahami kalo kita semua sama: lemah, dan ingin diperlakukan baik: membutuhkan orang lain. Mulai sekarang juga kita perlu menghormati dan menghargai orang lain, siapapun itu. Manusia lain adalah cerminan diri kita (kalo lo masih ngerasa manusia sih) yang merupakan seorang pecundang yang berusaha menjadi pemenang. Pahami orang lain kalo ingin dipahami. Perlakukan orang lain dengan baik kalo ingin diperlakukan baik.

“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani…” (QS Faathir: 11)
Kita semua sama, apa yang hendak disombongkan?
15 November 2013, 01:56
@astikalog

No comments: