Entri Populer

Friday, February 24, 2012

God Always Works In A Mysterious Way



Banyak banget hal yang pernah gue lewati di dunia ini menimbulkan tanda tanya besar yang seringkali membuat gue nggak ngerti kenapa suatu hal bisa terjadi. Gimana Tuhan mengatur sebuah pertemuan antara gue dan temen yang awalnya nggak saling mengenal, kemudian pertemuan selanjutnya semakin mengenal, berlanjut menjadi sebuah pertemanan, dan akhirnya timbul rasa saling menyayangi. Gimana Tuhan mengatur gue yang hanya seorang anak daerah yang tadinya sempat berpikir nggak mungkin masuk UI, sekarang menjadi bagian dari civitas akademika UI. Gimana Tuhan mengatur ayah dan ibu gue yang awalnya dipisahkan oleh jarak, menjadi satu dalam ikatan sebuah keluarga. Mungkinkah semua ini hanya kebetulan-kebetulan semata? Gimana Tuhan mempertemukan garis hidup masing-masing individu yang akhirnya saling bersinggungan dan membentuk garis hubungan? 

Berawal dari papasan dan saling sapa, basa-basi sambil gali informasi tentang pribadi masing-masing, saling lempar senyum untuk ngilangin canggung, jadi awal pertemuan gue dan temen-temen. Nggak pernah kebayang, orang-orang yang berbeda latar belakang bisa saling mengenal, menghargai, menyayangi dan berbagi dengan tulus. Gimana Tuhan menciptakan perasaan tulus ini disuguhkan untuk orang asing yang sebelumnya nggak ada di kehidupan kita? Kenapa kita bisa “kebetulan” hari itu bertemu dan pertemuan itu berlanjut menjadi hubungan yang lebih interpersonal? Kenapa gue bertemu dengan temen gue yang ini dan bukan orang lain? Pertanyaan-pertanyaan itu masih belum terjawab. 

Universitas Indonesia adalah universitas yang minim peminatnya di sekolah gue. Bukan karena kampus kuning ini nggak berkualitas, tapi kualitasnya yang tak tertandingi di Indonesia membuat anak-anak di sekolah gue minder dan enggan “membuang” kesempatan emas berkuliah di universitas yang notabene jauh di bawah UI, yang pasti terbuang jika kesempatan itu dipakai untuk memilih UI. Mereka pesimis, dan hanya orang-orang yang pintar, berani, dan beruntunglah yang punya kesempatan masuk UI. Kebetulan gue termasuk kategori yang terakhir yaitu beruntung, karena gue nggak begitu pintar, dan juga nggak ngerti apa sebenarnya yang ditguetkan orang-orang ketika memilih UI. Keyakinan gue waktu itu adalah pasti nggak diterima di UI dan mungkin diterima di UNY (Universitas Negeri Yogyakarta), kalaupun nggak diterima di keduanya, perguruan tinggi swasta jadi alternatif terakhir. Kadang gue berpikir, betapa bahagianya orang yang nggak mengerti apa yang sebenarnya dikhawatirkan orang lain. Dan begitulah cara Tuhan membuat gue mantap memilih UI karena coba-coba dan ke-enggak-tahuan tentang ketguetan orang lain ketika memilih UI. Saat gue menemukan kenyataan bahwa banyak temen-temen nggak berani memilih UI karena persaingannya yang sangat ketat, gue merasa sangat bodoh dan seandainya ketika itu Tuhan mempertemukan gue dengan orang-orang yang menyerah sebelum perang, mungkin gue akan terpengaruh dan nggak jadi memilih UI dan alhasil mungkin gue akan berada di perguruan tinggi lain saat ini yang kualitasnya mungkin jauh di bawah UI. Lagi-lagi Tuhan membuat gue bertanya-tanya, kenapa gue bisa berada di universitas ini? Apa tujuan-Nya mempercayakan amanah ini kepada gue?

Hal ini yang paling membuat gue geregetan karena kunjung nggak menemukan jawabannya. Pas gue nanya sama temen, “apakah sebenernya jodoh kita udah ditentuin?” teman gue bilang “Tuhan bilang, Dia nggak akan ngubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu yang ngerubahnya sendiri.” “Hmm, jadi kita harus usaha buat ngedapetin jodoh yang kita mau?” tanya gue lagi. “Iya, dan tentunya harus sesuai sama kisi-kisi” katanya disambut tawa. Tapi apa hanya dengan perjuangan manusia mereka ngedapetin apa yang mereka inginkan? Gue rasa pastilah ada suatu kekuatan besar yang mengatur semua ini terjadi, nggak ada yang kebetulan, pasti semua sudah dirancang dengan teratur. 

Ayah gue berasal dari sebuah desa kecil di Padang Pariaman, Sumatera Barat sedangkan Ibu berasal dari sebuah kabupaten kecil di Jawa Tengah, tadinya nggak mungkin banget mereka bisa ketemu karena jarak yang jauh dan nggak saling kenal. Nyatanya, mereka bisa ketemu dan jadi sepasang suami istri yang punya tiga anak cantik sampai saat ini (halah). Karena penasaran, gue tanya langsung sama ayah kenapa beliau bisa sampai di Wonosobo terus ketemu sama ibu. Ayah bilang tujuannya datang ke Wonosobo buat merantau (biasa kan, salah satu budaya orang Minang) dan kerja jadi intrukstur di BLK (Balai Latihan Kerja), tapi di sela-sela ceritanya Ayah nambahin informasi kalo tadinya hampir ditugasin kerja di Mentawai, tapi karena suatu alasan beliau berbalik kerja di Wonosobo dan entah gimana akhirnya ketemu sama Ibu dan akhirnya menikah (ya, happy ending, happily ever after. Aaaa kapan giliran gue? #loh). Tanda tanya besar otak penasaran gue mempertanyakan, gimana caranya ayah gue berubah pikiran yang tadinya bakalan kerja ke Mentawai jadi kerja di Wonosobo sampai akhirnya ketemu sama Ibu? Pertanyaan itu pun nggak kunjung terjawab. Gue paling suka dengerin cerita gimana seseorang bisa bertemu dan menjalin sebuah hubungan interpersonal. Suatu kejadian yang menarik untuk dikaji, kenapa hari itu Tuhan membiarkan mereka bertemu dan berhubungan, seakan-akan hari itu alam ingin manusia-manusia ini bertemu. Lalu, keesokan harinya mereka nggak bertemu, dan seakan-akan alam sedang nggak merancang sebuah pertemuan untuk manusia-manusia ini. 

Sampai sekarang gue pun nggak tahu gimana cara Tuhan membuat semua kejadian ini seakan-akan sebuah kebetulan-kebetulan, tetapi dari kebetulan-kebetulan itu manusia menjadi lebih memahami gimana hidup di alam semesta ini udah dirancang sedemikian rupa hingga akhirnya tercipta garis-garis hidup individu yang saling bersinggungan dan membentuk sebuah garis hubungan. Nyatalah semua ini menunjukkan ada suatu kekuatan maha dahsyat yang mengatur alam semesta ini menjadi sebuah keteraturan dan bekerja sesuai hukum alam. Satu yang gue tangkap, bahwa God always works in a mysterious way, kita nggak bisa mereka-reka gimana sebuah takdir terjadi karena manusia sejatinya hanya bisa berusaha dan berdoa untuk mendapatkan kemudahan dalam mengarungi bahtera hidupnya. Dan, bahwa manusia sangatlah terbatas dan harusnya bersikap tunduk pada yang maha tak terbatas.

No comments: