Rasanya ingin aku
teriakan semua perasaan yang sebenarnya sudah menghujam dada, ingin aku
tumpahkan semua beban yang sebenarnya sudah lama akan membuncah, memenuhi hati
dan fikiranku. Kenapa aku jadi benar-benar berubah? Aku sama sekali tidak jujur
dengan diriku sendiri belakangan ini. Aku selalu menyela menjadi orang lain,
mengatakan semua baik-baik saja, padahal hatiku sakit, hatiku rindu. Rindu
sesuatu yang aku pun tidak tau apa itu. Rindu kedamaian, ketenangan,
kesederhanan. Aku merindukan hal yang akupun belum pernah merasakannya. Rindu
yang mungkin pernah ada sebelum aku benar-benar
dilahirkan di dunia ini. Aku rindu sesuatu yang hakiki, kekal dan kontinyu. Aku
mencoba meraba-raba rindu ini, dan aku temukan rindu yang amat sangat meradang.
Aku tidak sedang merindukan ayah atau ibu, aku sedang tidak merindukan
adik-adikku, aku tidak sedang merindukan sahabat-sahabatku, aku sedang tidak
merindukan seseorang yang lembut hadir menenangkan gelisahku, aku benar-benar
rindu sesuatu yang haq, aku merindukan Rabbku, aku merindukan Tuhanku, aku
merindukan Allah, aku merindukan-Nya yang sudah lama aku abaikan.
Mengapa dadaku sesak
merasakan semua keinduan ini? Terang saja ! Merindukan Ibu atau Ayah, aku masih
bisa pulang dan menemuinya, memeluknya, mencium kedua tangannya, mencium kedua
kakinya sampai aku tertidur lelap di pangkuannya, mengungkapkan segala cinta
lewat baktiku dan senyuman lembutku. Merindukan adik-adik pun aku masih bisa
menemuinya, memeluknya, menciumnya, mengungkapkan segala cinta lewat sikap
lembutku. Merindukan sahabat-sahabat pun aku masih bisa melihatnya, menemuinya,
tersenyum padanya, memeluknya dan mengungkapkan segala cinta lewat sikap
tulusku. Tapi merindukan Rabbku, Tuhanku, Allahku, aku tak bisa seenaknya
langsung menemui-Nya, memandang dzat-Nya, mengungkapkan segala cinta dengan
menatap semua keindahan-Nya. Aku hanya bisa mengungkapkan rinduku lewat
perantara. Aku merindukan Rabbku dengan mencintai orangtua, adik-adikku,
sahabat-sahabatku, walaupun sebenarnya tak selalu ku lakukan. Aku merasa
semakin sesak ketika hatiku merasakan rindu yang sangat hebat tetapi ragaku tak
pernah membuktikannya. Aku merasakan cinta yang sangat dalam tetapi ragaku tak
jarang melakukan maksiat, Astaghfirullah... ada apa Ya
Rabb dengan cintaku? Apakah aku tak pantas mencintai-Mu? Apakah aku tak pantas
menjadi salah satu kekasih-Mu? Apakah ini bentuk pembohongan diri yang aku
sebutkan tadi? Aku sangat mencintai-Mu tapi aku malas meninggalkan duniawi, aku
malas meninggalkan maksiat, Astaghfirullah... sudah cukup
Ya Allah, penghianatan dan pembohonganku selama ini. Aku ingin kembali pada-Mu,
aku ingin merasakan cinta kekal-Mu. Karena ternyata, hanya Engkau yang tak
pernah meninggalkanku
Karena ternyata, hanya
Engkau yang tak pernah menghianatiku
Karena ternyata, hanya
Engkau yang tak pernah menyakitiku
Karena ternyata, hanya
Engkau yang mau mendengarkanku ketika seluruh dunia menutup telinganya untukku
Karena ternyata, hanya
Engkau yang mengerti mauku
Karena ternyata, hanya
pada Engkau cinta ini bermula dan bermuara
Karena ternyata, tujuan
hidupku adalah untuk bertemu dengan-Mu, menyerahkan seluruh cinta pada-Mu
Karena ternyata, pada-Mu
lah aku telah menemukan cinta
Ya Rabb, aku tak ingin
terus-terusan menjadi orang lain dengan terus-terusan mencintai hal yang
dicintai orang lain. Aku tak peduli dengan semua cinta di dunia. Aku hanya
ingin mencintai apa yang memang aku cintai, karena aku telah menemukan cintaku
pada-Mu.
No comments:
Post a Comment