Entri Populer

Friday, April 13, 2012

Acak, Abstrak (Sampai 12 April 2012)




Salah
Aku kira putih
Ku dekati hitam pekat. Gelap
Aku kira dingin
Ku dekati panas melepuhkan
Aku kira dekat
Ku dekati semakin jauh
Aku kira masih ada
Ternyata, sudah lenyap

Seperti Tapak Camar
Seperti secangkir kopi yang selalu menyisakan ampas
Seperti tapak camar yang selalu meninggalkan bekas
Masa lalu ini selalu masih memiliki sisa di pandangan mata manusia
Andai mereka tau, itu tak berarti apapun sekarang
Hanyalah sebuah proses yang musti dijalani, mau tak mau

Sudah Berlalu
Jangan hardik masa lalu !
Karena itu juga makhluk-Nya
Jangan sesali masa lalu !
Karena ia membuat kita melesat, jauh ke depan

Meradang, Mengakar, Telah, “Ia”
Aku lupa cara mencintaimu (-Mu)
Setelah rasa tertimbun dalam
Setelah asa rapih tersimpan
Aku rindu cara mencintaimu (-Mu)
Setelah asa tak lagi membuncah      
Setelah rasa meradang mengakar

Toleransi ! (?)
Tak mau lagi aku bertoleransi !
Dicabik-cabik anganku
Dibuat remuk asaku
Dilempar batu jalanku
Apa alasanmu aku pun tak tau

Ah, tak mau lagi aku bertoleransi !
Dijatuhkan dari atap yang tinggi
Dilemparkan pada lubang berduri
Dibungkam aku dengan kuasamu

Ah, tak mau lagi aku bertoleransi !
Lebih baik ku tinggal pergi

Bila Cinta
Bila cinta ini tak tergores di duniawi
Izinkan cinta ini ikut terhias wewangian surgawi
Bila cinta ini tak kunjung kau sadari
Biarkan Tuhan saja yang tetap mengerti
Bila cinta ini tak berujung hakiki
Biar cinta-Nya yang mengisi sanubari 

Dibuat”nya”
Ketika nafsu mengendalikan cinta
Ketika ego mengendalikan cinta
Buta kalbu dibuatnya
Ketika nafsu meleleh karena cinta
Ketika ego hilang karena percaya
Sejuk hati dibuatnya 

Ilustrasi : "Begitulah aku, seperti anak kecil itu, yang hanya ingin tau" 



1 comment:

Anonymous said...

Alhamdulillah...
Kupu-Kupu, Insya Allah aku yakin.