Salah
Aku kira putih
Ku dekati hitam
pekat. Gelap
Aku kira dingin
Ku dekati panas
melepuhkan
Aku kira dekat
Ku dekati semakin
jauh
Aku kira masih ada
Ternyata, sudah
lenyap
Seperti
Tapak Camar
Seperti secangkir
kopi yang selalu menyisakan ampas
Seperti tapak camar
yang selalu meninggalkan bekas
Masa lalu ini
selalu masih memiliki sisa di pandangan mata manusia
Andai mereka tau,
itu tak berarti apapun sekarang
Hanyalah sebuah
proses yang musti dijalani, mau tak mau
Sudah Berlalu
Jangan hardik masa
lalu !
Karena itu juga
makhluk-Nya
Jangan sesali masa
lalu !
Karena ia membuat
kita melesat, jauh ke depan
Meradang,
Mengakar, Telah, “Ia”
Aku lupa cara
mencintaimu (-Mu)
Setelah rasa
tertimbun dalam
Setelah asa rapih
tersimpan
Aku rindu cara
mencintaimu (-Mu)
Setelah asa tak
lagi membuncah
Setelah rasa
meradang mengakar
Toleransi
! (?)
Tak mau lagi aku
bertoleransi !
Dicabik-cabik
anganku
Dibuat remuk asaku
Dilempar batu
jalanku
Apa alasanmu aku
pun tak tau
Ah, tak mau lagi
aku bertoleransi !
Dijatuhkan dari
atap yang tinggi
Dilemparkan pada
lubang berduri
Dibungkam aku
dengan kuasamu
Ah, tak mau lagi
aku bertoleransi !
Lebih baik ku
tinggal pergi
Bila Cinta
Bila cinta ini tak
tergores di duniawi
Izinkan cinta ini
ikut terhias wewangian surgawi
Bila cinta ini tak
kunjung kau sadari
Biarkan Tuhan saja
yang tetap mengerti
Bila cinta ini tak
berujung hakiki
Biar cinta-Nya yang
mengisi sanubari
Dibuat”nya”
Ketika nafsu
mengendalikan cinta
Ketika ego
mengendalikan cinta
Buta kalbu
dibuatnya
Ketika nafsu
meleleh karena cinta
Ketika ego hilang
karena percaya
Sejuk hati
dibuatnya
Ilustrasi :
"Begitulah aku, seperti anak kecil itu, yang hanya ingin tau"
1 comment:
Alhamdulillah...
Kupu-Kupu, Insya Allah aku yakin.
Post a Comment